Selain penanganan pandemi COVID-19, Intervensi penurunan stunting menjadi salah satu prioritas Pemerintah saat ini, sesuai dengan mandat Presiden Joko Widodo. Stunting adalah salah satu masalah gizi yang berdampak buruk terhadap kualitas hidup anak dalam mencapai titik tumbuh kembang yang optimal sesuai potensi genetiknya. Chilhood stunting atau tubuh pendek pada masa anak-anak merupakan akibat dari kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan di masa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak. (Kemenkes RI, 2015). Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian stunting antara lain, berat badan lahir, panjang badan lahir, usia kehamilan, pola asuh ibu, serta konsumsi gizi sejak masa kehamilan. Oleh karenanya perlu perhatian khusus utamanya pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Untuk mengatasi stunting, beberapa program dicanangkan oleh Pemerintah Pusat dan organisasi peduli kesehatan yang ada di Indonesia. Salah satunya, Program Aksi Cegah Stunting (ACS) yang diprakarsai oleh HABIBIE INSTITUTE FOR PUBLIK POLICY AND GOVERNANCE (HIPPG). Program ACS merupakan salah satu intervensi gizi spesifik dengan deteksi dini balita bermasalah gizi melalui poros Posyandu, Puskesmas dan RSUD.
Pada tahun 2021 Kabupaten Kolaka menjadi salah satu dari 15 kabupaten di Indonesia yang terpilih menjadi lokus Aksi Cegah Stunting yang merupakan pilot project. Di Kabupaten Kolaka kemudian dipilih Kelurahan Ulunggolaka menjadi lokus ACS dengan pertimbangan tenaga kesehatannya sudah dilatih, puskesmasnya mudah dijangkau oleh dokter ahli karena jaraknya yang relatif dekat, dan merupakan kelurahan lokus stunting.
Pada hari Rabu tanggal 31 Agustus 2022, bertempat di Command Center Kabupaten Kolaka, HABIBIE INSTITUTE FOR PUBLIK POLICY AND GOVERNANCE (HIPPG) melakukan FGD secara daring dengan Pemerintah Kabupaten Kolaka dalam rangka Evaluasi Program & Kesiapan Daerah untuk keberlanjutan Program Aksi Cegah Stunting (ACS) secara Mandiri Tahun 2022. Di awal kegiatan, Direktur Eksekutif HIPPG memberikan sambutannya sekaligus membuka FGD. Beliau memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Pemerintah Kabupaten Kolaka dalam hal ini Bupati Kolaka atas perhatian dan komitmen yang luar biasa terhadap upaya pencegahan dan penurunan stunting khususnya di Kabupaten Kolaka, dimana pada tanggal 21 Februari 2022 tepatnya di Kelurahan Ulunggolaka telah dilakukan pencanangan Aksi Cegah Stunting (ACS) Mendidoha yang kemudian diikuti dengan berbagai kegiatan-kegiatan dan aksi dalam rangka pencegahan stunting. Beliau juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh peserta FGD yang hadir mengikuti kegiatan tersebut atas partisipasi serta kerja kerasnya dalam upaya Aksi Cegah Stunting. Perlu diketahui bahwa selain Bupati Kolaka, FGD ini juga turut dihadiri Kepala Dinas Kesehatan Kab. Kolaka Drs. Harun Masirri, Apt., M.Kes, Kepala Bappeda Kab. Kolaka H. Sjamsul Kadar, SE., M,Si serta beberapa Kepala OPD terkait, Tim ACS Kabupaten Kolaka, beberapa dokter umum, Dokter Spesialis Anak, Direktur rumah sakit Benyamin Guluh Kolaka, Kepala Puskesmas Lokus ACS, Camat, Lurah dan seluruh kader di lokus ACS.
Selanjutnya Bupati Kolaka H. Ahmad Safei, SH, MH memberikan sambutan. Beliau memberikan gambaran penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Kolaka dimana tahun 2019 berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) secara Nasional 37,4%, Sultra 31,4% dan Kabupaten Kolaka 36,0%. pada tahun 2021 prevalensi stunting turun masing-masing menjadi 24,4%, 30,2% dan 26,5%. Menurutnya pelaksanaan program ACS ini menunjukkan hasil menggembirakan sehingga program ACS ini dapat dilanjutkan atau direflikasikan. “Perlu kami sampaikan bahwa pasca donasi 6 bulan program ACS di Kabupaten Kolaka masih akan berlanjut dengan anggaran bersumber dari Dana Insentif Desa (DID) yang telah dipersiapkan setelah pertemuan pada bulan maret lalu yang dihadiri oleh Kepala Bappeda dan OPD terkait” ucap Bupati Kolaka 2 periode ini. Di Akhir sambutannya, beliau menyampaikan terima kasih kepada Direktur Eksekutif HIPPG dan kiranya masih berkenan memberikan/memperluas program ACS di wilayah donasinya khususnya di kabupaten Kolaka.
Pada kesempatan ini, Kepala Dinas Kesehatan Kab. Kolaka juga menyampaiakan beberapa hal terkait pelaksanaan ACS di Kabupaten Kolaka, bahwa di Kabupaten Kolaka telah dilaksanakan beberapa kegiatan yang terintegrasi dengan kegiatan ACS antara lain:
- Rujukan balita ke laboratorium untuk pemeriksaan kecacingan
- Akselerasi makan telur dan minum susu
- Edukasi ibu balita
- Koordinasi Dinas Sosial terkait fasilitasi pengurusan JKN.
- Sosialisasi produk susu kambing etawa sebagai sumber protein hewani (Dinas Pertenakan)
- Sosialisasi gemar makan ikan dan dan sayur (Dinas Perikanan & Ketahanan Pangan)
- Sosialisasi beras fortifikasi (Dinas Tanama Pangan & Holtikultura)
Menurutnya semua rangkaian kegiatan ini bermuara pada upaya pencegahan dan penurunan stunting khususnya di Kabupaten Kolaka.
Selaku Narasumber dalam FGD ini Prof. Damayanti yang merupakan fasilitator Aksi Cegah Stunting Indonesia. Selain memberikan materi singkat terkait ACS, beliau juga menyampaikan rasa syukur atas apa yg dilaksanakan oleh Kabupaten Kolaka. Meskipun itu masih perlu inovasi perbaikan dan peningkatan khususnya pada kunjungan posyandu, utamanya harus melibatkan TP-PKK agar kunjungan posyandu bias mencapai 80 persen setiap bulannya. Namun pelaksanaan ACS ini mengalami kemajuan yang luar biasa, hal ini dibuktikan bahwa pada data awal bulan Maret poin Kolaka adalah 10 dan pada bulan mei bisa naik menjadi 14. Lebih dari itu selama 3 bulan intervensi hanya ada penambahan 1 anak stunting. Hal ini merupakan hasil yang sangat perlu kita apresiasi bersama serta semakin meningkatkan upaya kita dalam mencegahan dan menurunkan angka stunting di Indonesia, secara lebih khusus di Kabupaten Kolaka.